Elisa Munawaroh

Belajar dari Sebuah Pengalaman




BEKANTAN PRIMATA INDONESIA

Bekantan      telah    dilindungi       baik    secara    nasional     maupun internasional. Secara nasional dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor   7   tahun   1999,   sedangkan   secara   internasional   bekantan   termasuk dalam  Appendix      I  CITES     dan   sejak  tahun    2000   masuk  dalam      kategori endangered species berdasarkan Red Book IUCN.
Add caption
            Kerusakan      dan   pengurangan     habitat   bekantan   di   hutan   riparian, rawa   gambut,   dan   mangrove sebagai  akibat   dari  pemanfaatan   lahan   untuk pertambangan,       pertambakan,     pertanian,    permukiman,     penebangan      hutan illegal/legal,  dan kebakaran   hutan  dapat     meningkatkan  resiko   kepunahan. Sebagian     besar   habitatnya    berada    di   kawasan   yang     tidak   dilindungi, populasinya   yang   kecil-kecil   dengan   habitat yang  terfragmantasi  berjauhan menyebabkan   ancaman   kepunahan   semakin   dekat.  Sungai   Kuala   Samboja adalah  salah   satu   kawasan  yang    menjadi   habitat   bekantan   di   Kalimantan Timur terisolasi oleh aktivitas masyarakat, sehingga menjadi tantangan kita untuk   melestarikan   bekantan   beserta   habitatnya.   Selain   itu   dapat   menjadi contoh   bagaimana   mengelola   dan   melestarikan   bekantan   di   luar   kawasan konservasi.
Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki keanekaragaman jenis hayati yang tinggi.    Salah satu keanekaragaman yang tinggi ditunjukkan oleh tingginya keberadaan jenis primata ( non-human primate).  Primata di seluruh dunia tercatat sebanyak 233 jenis (Goodman et al., 1998), lebih dari 40 jenis (17,17%) ada di Indonesia dan 30% diantaranya adalah endemik (McNeely et al., 1990).  Jumlah jenis tersebut belum termasuk beberapa jenis yang baru
ditemukan akhir-akhir ini seperti Tarsius lariang  (Merker & Groves, 2006) dan Tarsius wallacei (Merker et al., 2010). Endemisitas primata yang ada di Indonesia tidak lepas dari sejarah geologi, iklim dan evolusi bumi. Wilayah Indonesia     termasuk     dalam   dua   wilayah    zoogeografi    fauna   yaitu  wilayah Oriental dan Australia.      Wilayah yang berada diantaranya dibatasi oleh garis Wallacea     dan   memiliki    karakteristik   fauna    yang   khas,   sehingga  disebut dengan     wilayah    Wallacea.      Kondisi     tersebut    dengan    didukung      iklim tropisnya,   menyebabkan keanekaragaman   flora  dan   fauna  Indonesia   sangat tinggi.
            Bekantan      (Nasalis  larvatus)   adalah  primata    yang    termasuk    dalam family   Cercopithecidae,   subfamili   Colobinae.       Bekantan   adalah   salah   satu satwa dilindungi endemik Borneo. Penyebaran alaminya hanya terbatas di Pulau Borneo yang secara administratif meliputi tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Brunai Darusalam. Bekantan berstatus satwa dilindungi baik secara nasional maupun internasional. Secara nasional  bekantan dilindungi berdasarkan   Peraturan   Pemerintah   nomor   7   tahun   1999  (Pemerintah   RI, 1999a).    Secara internasional bekantan termasuk dalam Appendix  I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora)    dan   sejak   tahun   2000    masuk    dalam     kategori  endangered      species berdasarkan Red Book IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) (Meijaard et al., 2008).          Selain itu, sejak tahun 1990 bekantan   ditetapkan   menjadi   maskot   fauna   Provinsi   Kalimantan   Selatan. Negara   tetangga   kita   Malaysia   juga   melindungi   satwa   berekor   panjang   ini melalui Wild Life Protection Ordinance sejak tahun 1958.
            Habitat     bekantan     banyak    mengalami     kerusakan     dan  populasinya mengalami penurunan. Kerusakan habitat lebih cepat terjadi pada  habitat bekantan yang berada di tepi sungai. Hal itu dikarenakan kawasan hutan di tepi     sungai    mudah       dijangkau     dan     dialihfungsikan      menjadi     areal permukiman, tambak maupun areal pertanian. Luas kawasan yang menjadi habitat   bekantan   pada   awalnya   diperkirakan   29.500   km , namun,   40%
diantaranya     sudah    berubah    fungsi   dan   hanya   4,1%    saja  yang   berada  di kawasan   konservasi   (McNeely et   al.,  1990). Penyempitan   dan   penurunan kualitas habitat tersebut diikuti oleh penurunan populasi bekantan. Tahun 1987 populasi bekantan diperkirakan 260.950 ekor dan sekitar 25.625 ekor diantaranya berada di kawasan konservasi (MacKinnon, 1987). Tahun 1995 populasi bekantan menurun menjadi sekitar 114.000 ekor dan hanya sekitar
7.500     ekor  yang    berada   di  dalam    kawasan    konservasi    (Bismark,   1995), sehingga   dalam   kurun   waktu   sekitar   10   tahun   terjadi   penurunan   populasi sebesar   50%.    Laporan   terakhir   menurut   Meijaard  et  al.  (2008)   dan   Gron (2009) menyatakan bahwa penurunan populasi bekantan berkisar antara 50- 80% selama kurun waktu 36-40 tahun terakhir.
Bekantan dan Statusnya dalam Taksonomi
Nama dan Klasifikasinya
         Pengelompokan   ordo   primata,   dikenal   istilah   monyet   dunia   lama (old world monkey) dan monyet dunia baru (new world monkey). Penyebutan kedua kelompok primata    tersebut   mengacu     pada    lokasi  penyebarannya secara umum. Kelompok pertama menyebar di Asia dan Afrika, sedangkan kelompok   kedua   di   Amerika.   Bekantan   adalah   bagian   dari   monyet   dunia lama dari famili Cercopitecinae dan subfamili Colobinae. Marga bekantan
adalah Nasalis yang berasal dari hidung. Posisi   bekantan  dalam   klasifikasi   ordo   primata   dan   diantara  jenis primata yang ada di Indonesia.

             Marga Nasalis hanya terdiri dari satu jenis yaitu Nasalis larvatus van Wurmb   1781,   namun   beberapa   ahli   menyatakan   bahwa   simakobu   (Simias concolor)   adalah   anggota   dari   marga  Nasalis.   Hal   itu   didasarkan   beberapa laporan yang menyatakan bahwa N. larvatus mempunyai kedekatan dengan S.   concolor,   berdasarkan   kemiripan   dan   analisis   morfologi   (Nowak,  1999) dan     didukung dengan analisis  DNA mitokondria      (Whittaker,    2006). Perbedaan   tingkat   genetik   antara  Simias  dan      Nasalis  berdasarkan   analisis DNA   hanya   6%  sehingga        tidak   memenuhi   syarat      untuk   menjadi   marga tersendiri
Bekantan   dibagi   menjadi       dua   subspesies,   yaitu N.   larvatus   larvatus Wurmb 1784 dan  N. larvatus orientalis Chasen 1940, namun nama kedua secara    umum     tidak   diakui   oleh   para   ahli  (Brandon-Jones     et   al., 2004; Meijaard et al., 2008).      Nama ilmiah lain (sinonim) yang pernah diberikan bagi    satwa   ini   adalah  Cercopithecus     larvatus  van    Wurmb      1781,   Simia capistratus   Kerr    1792,   Cercopithecus     nasica Lacépéde      1799,    dan  Nasalis recurvus Vigors & Horsfield 1828 (Groves, 2001).
            Bekantan tersebar  luas di seluruh Borneo yang didiami oleh berbagai etnis   dengan     bahasa    yang   berbeda-beda. Hal   ini  menyebabkan        banyak sebutan     untuk     monyet     berekor    panjang    ini.   Nama  daerah tersebut diantaranya      adalah    kahau    (Kalimantan),  bakara    (Bakumpai), bekagen, bekareng, bengkara, bengkada (Dayak Ngaju, Kutai, Pasir, Tidung), paikah (Dayak   Manyan),   pika,   raseng   (Dayak  Laut),   dan   batangan   (Pontianak). Bahasa inggris yang digunakan untuk menyebut satwa ini di dasarkan pada ciri   khusus   pada   hidung   jantan   yang   besar   dan   panjang,   yaitu  proboscis monkey     yang    berarti   monyet     berbelalai.    Beberapa      bahasa   asing   yang digunakan adalah nasique (French), nasenaffe (German), dan mono narigudo (Spanish) (Hutchins et al., 2003).
Morfologi
            Bekantan      adalah   jenis  dengan    ukuran   terbesar    di antara   subfamily Colobinae  dan  termasuk sexually  dimorphic yaitu memiliki   perbedaan   yang jelas antara jantan dan betina. Perbedaan tersebut baik dalam segi ukuran maupun bentuk morfologinya. Ukuran tubuh, bentuk hidung dan   ukuran   gigi   taring   bekantan   jantan   secara   signifikan   lebih   besar   dari betina (Hutchins  et       al.,  2003). Panjang  badan-kepala bekantan       jantan adalah 66,0-76,2 cm dengan bobot 16,022,5 kg sedangkan betina memiliki panjang   53,3-60,9   cm   dengan  bobot  7,0-11,0   kg   dan   panjang   ekor   55,9- 76,2      cm    (Nowak,      1999).       Ekornya  yang          panjang,  sekitar       setengah     dari panjang kepala dan badan berfungsi untuk menjaga keseimbangan bekantan saat bergerak atau saat diam beristirahat di atas cabang pohon. Bekantan        juga  memiliki  morfologi           khusus   pada   hidungnya,   seperti jenis    leaf-monkeys lainnya  di   Asia    (marga     Pygathrix, Rhinopithecus dan Simias),       sehingga       kelompok         ini    disebut      juga    odd-nosed        leaf-monkeys (Hutchins et al., 2003).            Morfologi hidung yang khas pada bekantan yaitu pada       jantan     dewasa       memiliki       hidung       yang     panjang,       menonjol         danmenggantung   melewati   mulut,   sedangkan   pada   betina   lebih   mancung   dan kurang berkembang. Fungsi bentuk hidung pada jantan ini belum diketahui dengan   pasti. Jika   merujuk   pada   primata   lainnya   seperti  cheek   pad  pada orangutan, warna perak pada punggung gorilla atau warna pipi pada madrill, maka bentuk hidung bekantan adalah tanda dominansi pada kelompoknya. Bloom (1999) mengibaratkan hidung pada bekantan jantan dewasa sebagai. terompet  yang   berfungsi      untuk   mengeraskan   suaranya   saat   mengeluarkan suara. Suara    keras  yang    dihasilkan    oleh  bekantan     frekuensinya sangat tinggi, yaitu antara 1,46,8 kHz. Suara ini keluar saat melakukan agresi   atau   digunakan     sebagai  alarm    calls pada  saat   terjadi   bahaya  yang mengancam dalam kelompoknya (Srivathsan & Meier, 2011).
             Warna rambut didominansi warna merah bata dengan kaki dan tangan warna   abu-abu   muda,   dahi   merah   kecoklatan   gelap,   tengkuk   dan   pundak berbeda   dengan   bagian   pipi   dan   leher,   sedangkan   wajahnya   tak   berambut berwarna   coklat   kemerah-merahan.          Bekantan   yang   masih  bayi  memiliki wajah    berwarna    biru   gelap,   kemudian      pada   umur    tiga  bulan   memudar menjadi  abu-abu   dan  berangsur-angsur   berwarna  seperti   bekantan   dewasa (Napier & Napier, 1967, 1985).
            Di antara  jari-jari   kaki   bekantan   terdapat selaput yang   berguna  pada saat  berenang atau mungkin untuk berjalan pada tanah berlumpur di areal mangrove. Bekantan juga memiliki bantalan duduk (ischial callosities) yang keras.   Bantalan duduk adalah adaptasi bekantan untuk duduk dalam waktu lama   terutama   untuk   mempertahankan postur   tubuhnya   saat   tidur   dengan posisi   duduk   di   cabang   pohon.    Susunan   gigi   bekantan   sama   seperti   pada umumnya monyet dunia baru, kera dan manusia yaitu terdiri dari  incisors,canines,    premolar,   dan   molar    dengan     rumus     struktur   gigi (Napier & Napier, 1985).
            Berdasarkan ciri organ genitalnya, bekantan jantan memiliki kelamin berwarna merah dengan scrotum berwarna hitam. Pada betina terjadi sexual swelling   berwarna      merah    muda     (Murai,   2006).    Sexual    swelling  adalah pembengkakan pada sekitar organ genital betina selama terjadi estrus dimana pembengkakan maksimal terjadi pada saat terjadi ovulasi (Napier & Napier, 1985).


                                               



Distribusi dan Habitat
            Satwa   primata   umumnya   hidup   di   daerah   hutan   hujan   tropis,   yaitu diantara    23o Amerika      Selatan   lebih   jauh   sampai    30o  ke    selatan   sedangkan     di  Asia Tenggara      30o ke    utara  (Nowak,    1999).     Habitat     alami   bekantan    hanya dijumpai   di   Borneo   yang   secara   langsung   dilalui   oleh   garis   khatulistiwa. Habitat   bekantan   meliputi  tiga   negara   yaitu   Malaysia,   Brunai   Darusalam, dan Indonesia. Penyebaran di Kalimantan (Indonesia) meliputi Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.
            Habitat bekantan bervariasi, mulai daerah hutan pasang surut sampai dataran   tinggi,   meliputi   hutan   mangrove,   rawa   gambut,   hutan   tepi   sungai (Salter et al.,  1985;  Matsuda et al., 2010),   rawa gambut air tawar (Yeager, 1991),   dan   hutan   rawa   galam   (Soendjoto  et   al.,  2006).   Dilaporkan   juga bahwa   bekantan  dapat   hidup   di  hutan   Dipterocarpaceae,   hutan   kerangas (Salter et al., 1985), hutan karet dan hutan bukit kapur (karst) (Soendjoto et
al.,  2006).   Selain itu   bekantan   juga  dijumpai hidup   jauh   di   daratan   yang berjarak 250-300 km dari laut, seperti di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan (Soendjoto, 2005).

Flora dan Fauna
             Vegetasi pada habitat bekantan di Sungai Kuala Samboja dipengaruhi oleh    pasang    surut   air  laut.   Kondisi     tersebut   menyebabkan       terdapat perubahan formasi vegetasi mulai dari muara sungai menuju ke arah hulu. Jenis   floranya   dicirikan   oleh  jenis -jenis  yang  um um     dijumpai   di  daerah mangrove dan daerah tepi sungai atau riparian.            Daerah tepi sungai adalah habitat    yang    baik   untuk    menunjang      kehidupan     berbagai    jenis  fauna, termasuk sebagai koridor perpindahan satwa.
       Fauna   yang   ada   di   sekitar   Sungai   Kuala   Samboja   adalah   bekantan (Nasalis    larvatus),   monyet     ekor   panjang    (Macaca    fascicularis),   biawak (Varanus salvator), berang-berang (Aonyx cinerea), Tupaiidae, beberapa jenis ular, bidawang    (Pelochelys  sp.), Egreta  sp.,   jenis   elang,  dan  jenis   burung lainnya.
       Daerah      muara     sungai   seperti   Sungai    Kuala    Samboja      memiliki sumberdaya hayati perairan yang tinggi di antaranya berbagai jenis ikan dan udang.     Ikan yang   sering   dijumpai   di   Sungai   Kuala   Samboja   adalah   ikan kakap (Lutjanus sp), baung (Hemibagrus spp.),  Patin (Pangasius spp.), otek (Tachysurus  sp.),  bulan-bulan  (Megalops  sp.),  adungan   (Hampala  sp.),   dan udang galah (Marco sp.).      Selain itu juga terdapat ikan gurame (Osphronemus gouramy)     dan    nila   (Oreochromis   niloticus)   (Atmoko,  2010).     Sungai     ini menjadi   tempat   wisata   pemancingan  ikan   yang   dikunjungi   turis   ( 2004, Bismark, 2009 ).

Daftar Pustaka :
Atmoko, Tri. 2012. Bekantan Kuala Samboja bertahan dalam keterbatasan melestarikan bekantan di habitat terisolasi dan tidak dilindungi.

0 komentar:

Posting Komentar

About this blog

Diberdayakan oleh Blogger.
Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info